Mereka Berjalan
Pagi yang cerah, semburat cahaya dari arah timur. Suara ayam berkokok
tak henti-henti sampai fajar yang lama-kelamaan menghilang. Menembus waktu
perubahan zaman, membakar kalori tubuh yang baru saja memulai aktifitas.
Mudah-mudahan hari ini akan berjalan sesuai rencana. Tiba-tiba terlihat disudut
kota, masih banyak insan yang tergeletak tidur tanpa menggunakan alas,
menghampar di teras-teras toko. Setiap kejadian mengandung nilai, baik atau
buruk itu relative, kebahagiaan hasrat diutamakan menjadi nomor satu. Gelomabang
cinta merajalela disetiap kaula muda ataupun tua, menggerogoti ruas-ruas tulang.
Setiap waktu adalah kesempatan, melihat perubahan dan berfikir apa yang
akan terjadi dimasa depan. Ia buka lembar sejarah peradaban zaman, tetapi, tak
semua mampu Ia baca. Kini semua berlomba dalam memperebutkan, berlomba dalam
segala hal. Bisa saja setiap gerak langkah akan berakhir baik, sesampainya kau
pulang bertemu sang Maha Besar, akan membuat kebahagian seketika bagi orang
yang pernah melihat, mengenal, dan memanggil namamu.
Terus berjalan, tanpa menoleh ke samping kanan atau kiri, melihat keatas
apalagi. Membaca setiaap keadaan dan mengatakan “yah hidup memang butuh modal,
dan akhirat juga butuh modal”. Memperkuat toleransi dengan sesama. Bisa saja Ia
kalah oleh perlombaan, menang dengan permainan. Lalu siapa yang akan
diuntugkan, jika ternyata menang dan kalah pernah dirasakan semua orang. Sama halnya,
benar dan salah, taka ada di dunia ini yang selalu benar, karena sesekali
manusia melakukan kesalahan.
Bersyukur, kunci utama menjalani kehidupan, supaya lebih kuat oleh
banyaknya hasutan dan godaan. Segala kepunyaan, pemberiaan, harta, perhiasan,
merupakan kenikmatan. Lihat tanah, gunung, sawah, rumah, gedung, atau
benda-benda yang ada diatas langit, berjalan semua mengikuti setiap perubahan
waktu. Tak ada pilihan antara hidup dan mati, pertannyaan itu yang selalu kita
dengar dimassa SD.
Masih
terbuka pintu hati untuk setiap kebajikkan, memproses dalam pencarian, dimana
gerangan Ia sesungguhnya. Terus mencoba melangkah perlahan pada jalan yang
lurus walau sesungguhnya, jika memaknai jalan ini ternyata berliku-liku. Ada
yang memanggil dari kejauhan, dan berkata “mari ikut denganku” teriakkan
mengalahkannya. Ia tak ingin goyah pada setiap pendirian, yang pernah diajarkan
oleh seorang laki-laki tua, berumur sekitar 60 tahun. Belajar dari proses yang
panjang ini, tak ada rasa lelah bersama jiwa yang lemah, karena setip hari kami
belajar untuk berdiri dan memperbaiki diri. Kami segolongan orang yang berbeda
tetapi berada dalam zona yang sama.
Hari ini bisa jadi hari yang sama dengan kemarin, bisa juga hari yang
beda. Kesabaran menuntut kita untuk menerima akhir dari segala peristiwa, hanya
bisa diambil sedikit kenangan setelah itu menghilang. Amarah selalu terdengar seperti
gelombang frekuensi yang tak menentu, naik turun tidak stagnan pada satu ukuran.
Kesabaran kunci menyelesaikan setiap problema. Setelah itu, cobalah berfikir
tenang. Beban teramat berat memang dipundak, sedikit-sedikit letakkanlah.
Berlari dari masalah bukan sebuah solusi, sembunyi dimanapun kita pasti
selalu ditemuinya. Dari seorang Ibu yang mengajarkan banyak hal pada anaknya,
belajar ketegaran dalam setiap ujian, dengan penampilan sederhana tak pernah
menuntut untuk dibelikan ini itu. Keputusan memang sulit diambil, ketika ada
dua pilihan ditangan. Dalam film drama
ada seorang preman yang menyandra anak konglomerat, salah seorang preman itu
berkata “ kau pilih anakmu atau harta karun yang kau sembunyikan? Jika kau tak
segera pilih, maka anakmu akan kubunuh !
”. galau pernah dirasakan semua orang, dalam bentuknya galaupun bermacam-macam,
dalam mengambil keputusan saja misalnya, terkadang memunculkan rasa galau.
Galau karena cinta itu kata anak remaja yang pada pacaran.
Tidak setiap hari, minggu, bahkan setiap bulan kami pulang, kami bisa
pulang setiap satu tahun sekali , itu saja belum pasti. Bukan tak rindu
keluarga di rumah, tetapi keadaan yang menuntut kami belajar seperti itu. Penuh
keyakinan usaha akan membuahkan hasil, tetapi hasil tak selalu materi yang ditemui.
Perjalanan penuh dengan persaingan, seolah merebutkan kemenangan. Raut wajah
menggambarkan segala hal, Dia tak mampu mengekspresikan, Ia berpandanagan suka
dan duka sama saja. Penderitaan sudah berabad-abad dirasakan, tapi Ia tetap
menyapa setiap yang bertemu dengannya dengan sebuah senyuman. Wanita memang
ditakdirkan selalu meneteskan air mata, tapi tidak dengan wanita senja itu, menggenggam
rasa derita dengan melawan gelap yang terlihat dalam bayangan suram. Masa lalu
menjadi sebuah pelajaran, ketika kita memetik buah mangga yang baru diambil
dari pohon masih saja terlihat segar, dalam sehari saja belum terlihat layu,
tetapi dua hari, tiga hari, empat hari, sampai seminggu manga itu akan busuk
juga. Begitulah ibarat masa lalu, bisa kita ambil hikmahnya yang telah berlalu
tetapi bisa juga kita buang percuma karena tak ada yang tertinggal dalam sebuah
kenangan.
Bagaimana mengerti sikap dan keadaan orang lain, cara menyikapinya, terkadang
sesekali ada rasa yang berlawanan dengan orang tersebut dan akhirnya bentrok
menjadikan konflik. Menaiki sebuah tangga memang sangat lelah, selangkah demi
selangkah, lain dengan naik escalator atau lift pasti lebih cepat dan mengenakkan.
begitulah mengibaratkannya. Setiap awalan memang indah, ditengah jalan masih
menyenangkan kemudian terakhir mendekati puncak tangga hampir saja sampai,
tiba-tiba ada masalah maka hal itu yang membuat konflik, jarak hati ke hati
menjadi jauh.
Tenangkan hati dan fikiran mungkin ada jalan keluarnya dari setiap
permasalahanmu, ketika tak ada arah tujuan, maka berhentilah pada satu titik
tempat mengadu, berkeluh kesah, mencurahkan isi hati, dan meletakkan
beban-beban yang berat pada pundak dengan memohon pertolongan, petunjuk,
ampunan, ceritakanlah segalanya, di tempat ini hanya ada satu teman yang
mengerti dirimu. Kau ingin tahu dimana waktu yang tepat untukmu, yaitu pada
waktu semua manusia terlelap tidur, suasana sunyi, sepi, udara diluar dingin,
malam bertambah dengan kegelapan tanpa ada sedikitpun cahaya dari rembulan,
saat itulah waktu khusus milikmu.
Bisa jadi kau dianggap gila, ketika bernyanyi di depan keramaian. Ketika
akal sehat telah menggerogoti sebagian otak kanan, hampir separuh lebih. Tetapi,
apakah kau tetap seperti itu, apa adanya dan membiarkan apa yang terjadi. Siapa
yang mengingatkan selain dirimu, kebajikkan akan tenggelam. Apakah kau akan
tetap membiarkan penderitaan manusia yang membutuh bantuanmu?. Apakah akan kau
biarkan kezholiman?. Apakah sudah hilang rasa empati dalam hatimu?. Buang
jauh-jauh sikap egois, merasa paling punya segalanya, tanpa memperhatikan
orang-orang yang ada disekitarmu.
Kini pemimpin memperbutkan kekuasaan,
menghalalkan segala cara. Menyingkirkan dengan menjatuhkan, kehidupan
politik sama-sama manusia memakan manusia. Daging mentah ditelan habis-habis
tanpa dimasak terlebih dahulu, masih mengental dengan darah dalam sum-sum
tulang, taka ada rasa jijik ketika
perlahan mulai kau kunyah?,begitulah ibaratnya, taka ada yang mau dikalahkan
dan merasa bersalah selalu merasa paling benar, kapan keadaan akan bisa berubah
jika seperti ini terus.
Hari memakan hari, waktu memakan waktu, bulan memakan bulan, dan
tahunpun memakan tahun. mereka berjalan lebih awal sehingga sekarang mereka
berada diposisi terdepan, kini kita jauh tertinggal dibelakang, oleh peradaban,
banyaknya tragedy dan kejadian. Siapa yang menang, Ia akan memonopoli
kekuasaan, siapa yang kalah Ia akan terkalahkan, seketika itu perasaan menjadi
bangga, karena posisimu menang saat ini, ketika yang kalah menyususl dirimu,
tetapi, kenapa kau selandung kakinya. Begitulah permainan dunia, segalanya
berjalan mengikuti porosnya waktu, ada prajurit, raja, ratu, banteng, peluncur,
maupun kuda. Pemain berwarna putih dan hitam tergantung pada diri setiap
individu pribadi.
Aku diam dan terpaku melihat satu sudut pandang dan Aku biarkan begitu
saja, percuma bicara padanya jika tidak ada respond darinya. Kini kita tak usah
berharap pada manusia, mereka tidak ada rasa saling. Terkadang ingin aku tutup
telinga dan pejamkan mata, dengan melihat mereka yang tak mempedulikan, semua
sibuk dengan urusannya masing-masing. Ditahun berikutnya, generasi selanjutnya
akan menjadi perubahan yang sangat besar, Aku yakin itu dari apa yang Aku
lihat. Dan akhirnya semua berjalan tanpa ada henti, saling mengejar waktu, di
jalan yang bergelombang dan penuh dengan bebatuan, pilihlah mana yang memang
baik dan jauhi yang memang itu buruk
menurut setiap sudut pandang yang berbeda.
By: Siwen (hanya iseng-iseng tulis-tulis tanpa ada alur)
Comments
Post a Comment